‘ bundaaaa….’ Ia mulai mewek mewek mengetahui kedatanganku. Kutarik tubuhnya dalam pangkuanku… sejenak kemudian anak itu benar benar menangis… aku hanya bisa mengelus kepalanya sambil menenangkan agar ia segara menghentikan tangisnya.
‘ Ardhi kenapa kok menangis ?.. ‘ tanyaku pelan pelan… anak ini perasaannya sangat halus.. saya tahu itu.. makanya harus sabar menunggu…
‘ bunda… kata Joko (tema sekelasnya..) Ardhi anak haram…. Padahal haram itu khan dosa ya bunda…’ Ardhi mulai berkaca kaca lagi…. Deg..! jantungku terasa di tusuk pisau tajam… apalagi ini..???…
‘ emangnya Joko bilang apa sich, sayang…’ aku masih berusaha mengorek keterangan dari Ardhi…
‘ Tadi di sekolah bu guru nanyain nama ayah masing masing… karna Ardhi nggak punya ayah ya Ardhi diem aja.. eehh.. temen temen ngejek Ardhi… apalagi Joko… dia bilang kalo Ardhi anak haram… hiks…’ Ardhi mewek lagiiiiii….. aku hanya bisa tersenyum kecut.. hehehe… campur geli juga … sambil memutar otak bagaimana menjelaskan kondisi yang sebenarnya untuk anak seusia Ardhi….
‘ udaaah.. Ardhi nggak perlu sedih… yang penting Ardhi punya bunda, ya…
‘ emang ayahya Ardhi siapa sich namanya, bunda..?’ lidahku kelu….
‘ sayang… bunda juga belum tahu… maaf ya…’
—–
‘ nggak ada yang harus dipersalahkan, Lia…. Jadi kenapa mesti bingung..?’ seperti biasa ayah selalu menjadi malaikat penenang jiwaku yang sedang gundah, ketika malam itu ia menemuiku sedang melamun di teras.
‘ kasihan Ardhi, yah…. Kenyataannya memang dia anak haram beneran… bahkan sampai kematian ibunyapun kita tidak tahu siapa ayah Ardhi yang sebenarnya..karna laki laki pemerkosa itu tidak pernah tertangkap… mungkin saat ini ia tengah bebas berkeliaran….huh.. semoga saja hidupnya tak pernah bahagia…’ aku ikut geram dengan manusia manusia yang tak punya hati… mengumbar nafsu.. menyiksa wanita.. menelantarkan darah dagingnya sendiri…
‘ ya sudahlah, Lia… inilah dunia… ada yang baik dan ada yang buruk… eh.. karna sekarang dia hanya punya bunda segeralah carikan ayah baru buatnya… khan tinggal pilih mau yang mana… hahaha.. ‘ kali ini senyum ayah jadi celelekan menggodaku… dan ia segera berlalu masuk ke dalam..
‘ iiihhh… ayaaaaaaaahhhh….. ‘ kukejar ayah tapi beliau sudah terlanjur masuk kamar….
—–
Anak haram..? duuhh… kejam sekali yang mengucapkan kata kata itu kepada seorang anak yang terlahir kedunia BUKAN dari buah pernikahan sah baik secara agama maupun secara hukum. Apa sebenarnya dosa anak yang terlahir di dunia BUKAN karna keinginannya ini?… trus.. haruskah ia menanggung ‘haram’ berupa dosa, cibiran, tuduhan dan pelecehan?..
Menjadi anak haram adalah suratan takdir dan mungkin ini satu satunya aib (stigma) yang dipikul oleh seorang anak akibat ‘dosa’ yang dilakukan oleh orang lain. Dosa dituliskan dalam tanda petik karna predikat anak haram (bastard) adalah ciptaan manusia di dalam menegakkan kode etik moralitas sepanjang masa. (Gustaaf Kusno,2010)
Oh.. berat nian beban seorang anak haram… buruk nian takdir menjadi seseorang yang dihindari keberadaannya… namun apakah mereka tidak berhak untuk hidup wajar seperti anak anak lainnya?
Sedikit kutipan yang pernah saya baca dalam Surat Al Furqan ayat ke 25………….Dialah yang menjadikan manusia dari setetes air mani yang hina dan menciptakan hubungan keturunan (nasab) dan perkawinan……………………menjadi anak haram tidak jelas keberadaan hubungan keturunan (nasab) nya.. Andai mereka (pelaku pengumbar nafsu) tahu betapa menderitanya mereka yang dilahirkan dari setitik nafsu yang dalam setitik dosa kemaksiatan jika mereka dewasa kelak
Hhhhhhh…. Kuhela nafas panjang. Memasuki kamar ardhi ketemui anak itu masih membuka matanya…
‘ lho… sayang belum tidur ya…’ kubelai rambutnya lembut
‘ bunda… kalo Ardhi bukan anak bunda trus… Ardhi anak siapa?’ Anak itu masih penasaran rupanya… Ardhi sudah tahu bahwa ia bukan anak kandungku.. namun waktu kubawa kerumah ini umurnya masih sangat belia untuk memahami peliknya masalah yang menimpanya..
kupeluk dia… belum saatnya ia mengetahui yang sebenarnya… tunggu saatnya kamu dewasa ya sayang… aku berkata dalam hati… tekatku sudah bulat merawat dan mendidiknya hingga ia dewasa… Mungkin memang saya yang belum berpengalaman sebagai orang tua… sehingga tak mampu menjawab pertanyaan Ardhi.. biarlah besok ayah saja yang bicara dengannya…
‘ mungkin ayah dan ibu ardhi sudah meninggal, ya bunda?.. makanya Ardhi nggak pernah ketemu..’ mulutku masih membeku.. hanya tersenyum dan membelai rambut Ardhi .. hanya yang bisa kulakukan…
‘ kita do’akan saja ya, sayang…. ‘ hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku. Ardhi segera duduk dan mengangkat kedua tangannya… dan mulai kutuntun berdo’a…
‘ya Allah.. ampunilah dosa kedua ayah ibuku, kasihi dan terimalah taubat mereka karna sesungguhnya engkau maha pengasih lagi maha penyayang, amin……
…………….I love you Ardhi…………………..